PROFIL PENGUSAHA
NAMA
USAHA : BURUNG LAUT
JENIS
USAHA :
JUAL BELI RUMPUT LAUT
ALAMAT :
JL. CAKALANG JAYA,
KEL.
SURUTANGAN, KEC. WARA
TIMUR,
KOTA PALOPO, SUL-SEL.
Bapak Syamsul Bahri dikenal dengan
nama “Daeng Marala” adalah salah seorang pengusaha jual beli rumput laut, yaitu
membeli langsung ke petani kemudian menjualnya kembali ke pemilik gudang. Rumput
laut yang diperjual belikan ini adalah rumput laut yang dibudidayakan di
tampak. Rumput laut yang telah dipanen oleh petani yang kemudian dikeringkan.
Rumput laut yang sudah kering inilah yang dibeli beliau untuk kemudian dijual
lagi ke penampung yang lebih besar (pemilik gudang). Usaha tersebut, beliau
mulai sejak tahun 2003.
Modal awal usaha beliau adalah perahu lengkap dengan mesin. Sebelumnya perahu tersebut digunakan untuk mencari ikan (pukat), perahu tersebut diberi nama “Burung Laut” yang nantinya akan menjadi nama dai usahanya. Menurut beliau, modal utama dari usahanya ini adalah kepercayaan dari para petani, karena ketika selesai menimbang barang dari para petani, beliau tidak langsung mematok harga (hanya gambaran harga dari gudang penampungan). Sehingga petani tidak langsung menerima harga dari hasil panennya. Diawal usahanya, beliau mengalami beberapa kesulitan diantaranya modal berupa uang chash, akses ke tempat petani. Untuk mengatasi hal tersebut beliau meminta kepercayaan dari para petani bahwa harga dari rumput lautnya akan dibayarkan setelah beliau menerima harga dari pemilik gudang. Namun hal yang tersulit bagi beliau diawal usahanya adalah ketika akan mencatat hasil timbangan dari rumput laut petani, karena beliau tidak terlalu pandai dalam menulis, sehingga kadang-kadang beliau meminta batuan orang yang hadir pada saat penimbangan dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, kata beliau dia hamper setiap hari belajar menulis layaknya anak SD kelas I yang baru menulis. Entah berapa lama beliau belajar sampai dia bisa.
Modal awal usaha beliau adalah perahu lengkap dengan mesin. Sebelumnya perahu tersebut digunakan untuk mencari ikan (pukat), perahu tersebut diberi nama “Burung Laut” yang nantinya akan menjadi nama dai usahanya. Menurut beliau, modal utama dari usahanya ini adalah kepercayaan dari para petani, karena ketika selesai menimbang barang dari para petani, beliau tidak langsung mematok harga (hanya gambaran harga dari gudang penampungan). Sehingga petani tidak langsung menerima harga dari hasil panennya. Diawal usahanya, beliau mengalami beberapa kesulitan diantaranya modal berupa uang chash, akses ke tempat petani. Untuk mengatasi hal tersebut beliau meminta kepercayaan dari para petani bahwa harga dari rumput lautnya akan dibayarkan setelah beliau menerima harga dari pemilik gudang. Namun hal yang tersulit bagi beliau diawal usahanya adalah ketika akan mencatat hasil timbangan dari rumput laut petani, karena beliau tidak terlalu pandai dalam menulis, sehingga kadang-kadang beliau meminta batuan orang yang hadir pada saat penimbangan dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, kata beliau dia hamper setiap hari belajar menulis layaknya anak SD kelas I yang baru menulis. Entah berapa lama beliau belajar sampai dia bisa.
Sasaran usaha beliau adalah para
petani rumput laut yang ada disekitar Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara
dan Kecamatan Wara Selatan dan Wara Timur, Kota Palopo. Dalam akses yang cukup
jauh tersebut, beliau menggunakan jalur darat untuk wilayah sekitar Songka
(Kec. Wara Selatan) dengan menggunakan sepeda motor. Sepeda motor yang pertama
yang dimiliki beliau adalah sepeda motor Suzuki CR-80 (hasil keuntungan dari usaha).
Untuk wilayah malangke yang sulit untuk akses melalui darat, beliau menggunaan
perahu. Untuk pengangkutan dari tempat petani ke temapt yang telah disepakti
oleh pemilik gudang, beliau menggunakan perahu. Perahu yang digunakan pertama
kalinya adalah perahu dengan muatan 1 ton. Seiring berkembangnya usahanya, beliau
telah memiliki karyawan (beliau menyebutnya anggota) untuk menimbang dan
megangkut barang (rumput laut) para petani. Selain itu, sampai tahun 2012 ini
beliau telah beberapa kali mengganti sepeda motornya dari Suzuki CR-80 ke
Yamaha Fitz R, kemudian Yamaha Jupiter MX dan yang terakhir dengan sepeda motor
Honda Vario (lihat foto diatas). Begitupun dengan perahu yang digunakan telah
beberapa kali diganti dari yang dapat memuat 1 ton hingga 3 ton rumput laut.
Dalam perjalanan usahanya, beliau
mengalami hambatan yaitu ketika akan mengangkut barang ke palopo, kadang cuaca
kurang bersahabat (ombak, hujan, angin kencang dan sebagainya). Sehingga beliau
menyuruh anggotanya menutupnya dengan plastik. Dalam perjalanan usahanya,beliau
banyak merasakan beberapa kali perubahan harga rumput laut dari Rp.2.000,-/kilogram
hingga Rp. 8.500,-/kilogram dan sekarang kata beliau harga berkisar Rp.
2.000,-/kilogram. Dalam seminggu beliau menerima rumput laut dari petani
berkisar 1 sampai 3 ton. Dan sekarang keuntungan beliau dapat mencapai Rp. 6
juta /bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar